Tari Piring Sumatra Barat - Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang seni tari yaitu tari daerah sumatra. Didalamnya kita akan melihat sekilas tentang tari sumatra baik itu sejarah tari, asal daerah, peralatan tari maupun sinopsis dari tarian daerah tersebut. Berikut ulasan lengkapnya tentang tari daerah sumatra.
Tari piring – Minangkabau, Sumatra Barat
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Nama Tari: Tari Piring
Asal Daerah: Minangkabau, Sumatera Barat
Fungsi Tari: Ritual Persembahan
Jenis Tari: Tari Klasik
Deskripsi Singkat Tari Piring Sumatra Barat
Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang,
adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu
masyarakat Minangkabau disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan
kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam
di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi
ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para
pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya
seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti,
tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari
800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan
berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad
ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke
negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya
saat itu.
Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian
indah, serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika
membawa piring berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa
sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa
yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan
tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep
tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi
untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau
pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan
persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang
melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu
pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak
dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di
dalam adat istiadat perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya,
persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan adalah untuk
tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih
dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan
boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin
kepada tuan rumah kepada orang ramai kepada penari sendiri.
Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan
cantik adalah hal wajib bagi sebuah tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah
cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju juga adalah
terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang
seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring
kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.
Sejarah Tari Piring Sumatra Barat
Tari Piring dikatakan tercipta
daripada ''wanita-wanita cantik yang berpakaian indah,serta berjalan dengan
lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring berisi
makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian.
Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama
menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut". Kedatangan Islam telah membawa perubahan
kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan
kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama
oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Sejarah Asal Tari Piring MinangkabauMengenai waktu kemunculan pertama kali
Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa Tari Piring telah
ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari
Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada
zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan
Sri Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang
lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
Ragam Gerak Tari Piring
Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas
dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari
yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari
penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya
piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan
kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut.
Ragam gerak tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan
tersebut adalah sebagai berikut.
Gerak pasambahan
Gerak singanjuo lalai
Gerak mencangkul
Gerak menyiang
Gerak membuang sampah
Gerak menyemai
Gerak memagar
Gerak mencabut benih
Gerak bertanam
Gerak melepas lelah
Gerak mengantar juadah
Gerak menyabit padi
Gerak mengambil padi
Gerak manggampo padi
Gerak menganginkan padi
Gerak mengirik padi
Gerak membawa padi
Gerak menumbuk padi
Gotong royong
Gerak menampih padi
Gerak menginjak pecahan kaca
Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah Tari Piring
disajikan, di bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah persembahannya.
1. Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan
dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain
latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus
mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat
persembahan.
Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus
memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan
baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar
tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton. Ketika ini juga
penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.
Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan
pengantin, piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di
hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari
Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah
bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari
tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring
atau ceper yang tidak retak atau sumbing.
2. Mengawali tarian
Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para
pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak
tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah
pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah
pengantin tangan di sebelah kanan
3. Saat Menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan
memulakan tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta
mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan.
Penari kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu
piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah
pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan
bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring
selesai dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak
semula piring yang telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan
pengantin.
Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke
kiri sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan
jari-jari penari yang telah disarung cincin dangan bagian bawah piring.
Sesekali, kedua telapan tangan yang diletakkan piring akan dipusing-pusingkan
ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memusing-musingkannya di atas kepala
4. Mengakhiri Tarian
Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila
semua piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah
penutup atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan
tiga sembah pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah
kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah
hadapan
Pola Lantai Tari Piring
Pola lantai yang dipergunakan dalam tari ini adalah lingkaran besat dan
kecil, berbaris, spiral, horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah,
leve sedang serta level atas ditambah dengan pembagian beberapa kelompok.
Iringan Musik
Pada kebiasaannya, kumpulan
Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab
untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari
Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.
Tari Piring diiringi oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu
Takhian sai tiusung, Takhi pikhing khua belas, Seni budaya lappung, Dang sappai
haga tekas (jangan sampai ditinggalkan). Alat musik yang digunakan untuk
mengiringi tari Piring adalah talempong, gandang, seruling, dan jentikan jari
penari terhadap piring yang dipegang.
Busana Penari
Busana yang digunakan oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk
penari pria dan penari wanita.
Busana Penari pria
Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan
dihiasai dengan missia (renda emas).
Saran galembong, celana berukuran
besar yang pada bagian tengahnya (pisak) warnanya sama dengan baju.
Sisamping dan cawek pinggang,
yaitu berupa kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas
lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang
sama dengan bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa
rumbai-rumbai.
Deta/destar, yaitu penutup kepala
yang tebuat dari bahan kain songket berbentuk segitiga yang diikatkan di
kepala.
Makalah Kesenian Tari Daerah Sumatra Barat
[Download]
Busana penari wanita
Baju kurung yang terbuat dari
satin dan beludru.
Kain songket.
Selendang songket yang dipasang pada bagian kiri badan.
Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau dari
bahan songket yang meyerupai tanduk kerbau.
Aksesoris berupa kalung rambai dan kalung gadang serta subang/anting.